POTRET PERUBAHAN SOSIAL-CULTURAL
MASYARAKAT FLYOVER
LEMPUYANGAN
Flyover Lempuyangan atau dikenal dengan jembatan layang Lempuyangan merupakan jalur alternatif transportasi, yang dibangun pada tahun 1988 dan semenjak itu daerah sekitarnya mulai mengalami perubahan secara signifikan, khususnya dalam pembangunan kota. Sebelum dibangun jembatan layang lempuyangan dulunya merupakan kios-kios. Setelah dibangunnya jembatan layang Lempuyangan daerah sekitarnya menjadi area bisnis. Selain itu di flyover Lempunyangan dijadikan sebagai tempat hiburan dan tempat berdagang, karena setiap sore tempat tersebut banyak dikunjungi anak-anak dan orang tuanya untuk melihat kereta api yang melintas disana dan para pedagang yang menjajakan dagangannya. Di samping itu flyover Lempuyan juga dijadikan sebagai taman mural, dimana para seniman mural dapat menyalurkan kreatifitasnya untuk melukis.
Perubahan-perubahan
yang terjadi di sekitar jembatan layang lempuyangan menuju ke arah modernisasi.
Modernisasi merupakan perubahan dari sistem ekonomi agraria menjadi
sistem ekonomi industrialisasi, dengan harapan bahwa perubahan ini akan dapat
menghasilkan perbaikan nasib. Proses modernisasi adalah bukan meniadakan
perubahan besar dalam masyarakat, melainkan mempergunakan perubahan dan
mengarahkannya pada kemajuan dan perbaikan nasib manusia.
Dimana demi hasil
yang sebaik-baiknya manusia sendiri secara mental juga disiapkan. Salah satu
langkah politik untuk mempercepat modernisasi ialah nasionalisme dan salah satu
faktornya ialah pengambilan alih kekuasaan oleh militer. Militer merupakan
kekuatan demokratisator yang besar dengan meniadakan tradisi yang menghambat
modernisasi. Selain itu militer juga sebagai dinamisator dan stabilitsator
dalam terbentuknya keseimbangan dan keteraturan sosial pada masyarakat.
Modernisasi yang terjadi di sekitar jembatan layang Lempuyangan melalui
perubahan-perubahan yang direncanakan pada saat orde baru tahun 90an yakni
pembangunan lima
tahun yang ke 5 (PELITA V). misalnya dibangunnya pertokoan, laboratium
paramita, puskesmas danurejan 2, polsek DANUREJAN, dan direvisinya SLTP N 15 Yogyakarta .
Pembangunan kota di sekitar jembatan
layang lempuyangan berjalan relatif
cepat dan signifikan karena adanya pemgambilan alih kekuasaan oleh militer. Dan
selain itu karena:
1. Penduduk asli flyover Lempuyangan banyak yang transmigrasi ke daerah lain. Sehingga pemerintah berinisiatif untuk membeli
lahan tersebut guna membangun flyover lempuyangan dan menjadikan daerah tersebut sebagai pusat perekonomian dan pendidikan kota yogyakarta. Sehingga banyak penduduk migran yang pergi ke yogyakarta untuk
bekerja dan menutut ilmu. Dan seiring berjalannya waktu penduduk migran mulai memberikan pengaruh terhadap penduduk asli flyover Lempuyangan. Sehingga kultur masyarakat setempat mulai terkikis, yakni memudarnya sikap komunal dan tradisi gotong-royong, yang digantikan oleh sikap materialistik dan individual.
2. Struktur sosialnya berubah, misalnya struktur sosial terjalin antara pedagang, pemerintah dan pengunjung di flyover jembatan layang Lempuyangan. Mereka ini masing-masing mempunyai fungsi yang saling mendukung daerah tersebut menjadi tempat hiburan. Pedagang sebagai penyedia barang dan jasa, pemerintah kota sebagai pengawas sosial (pengendalian/pengaturan sosial), sedangkan pengunjung sebagai penikmat hiburan.
Dan apabila salah satu dari pedagang, pemerintah kota atau pengunjung tidak ada, maka aktivitas yang berlangsung tidak akan berjalan. Misalnya kalau tidak ada pedagang pengunjung akan bosan dengan melihat kereta api tanpa ditemani makanan, sehingga tempat tersebut menjadi sepi. Dan apabila tidak ada pemerintah, tempat tersebut akan tidak teratur dan lingkungannya kotor karena sampah berserakan dimana-mana, sehingga tidak ada pengunjung atau pedagang yang datang untuk melihat kereta api disana. Sedangkan kalau tidak ada pengunjung tempat tersebut akan sepi dan bukan merupakan tempat hiburan.
Pembangunan kota merupakan upaya
pemerintah untuk memperbaiki nasib masyarakatnya yakni memajukan daerahnya.
Namun pembangunan kota
ini merupakan awal terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan
sosial berjalan sangat cepat sehingga membingungkan masyarakat yang
menghadapinya, yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh
waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan dimana masyarakat mengadakan
reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan. Misalnya
norma-norma dalam lalu lintas di palang rel kereta api (kolong jembatan layang Lempuyangan). Sopan santun berlalu lintas yang menyangkut ketaatan pengemudi
dan pejalan kaki, pada peraturan lalu lintas sering dilanggar. Pada umumnya
terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar peraturan-peraturan
tersebut, padahal peraturan bertujuan untuk menjaga keselamatan masyarakat,
termasuk para pengemudi dan pejalan kaki.
Seiring
dengan berjalannya waktu, pola-pola masyarakat juga ikut berubah. Misalnya
masyarakat yang berada di flyover jembatan layang Lempuyangan yakni terjalinnya
hubungan patembayan antar para pedagang, tingkat konsumsi masyarakatnya
meningkat karena terdapat banyak pedagang yang bervariasi untuk menjajakan
dagangannya, kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak adanya
keteraturan berlalu lintas karena terdapat dua pertigaan dengan lampu lalu
lintasnya tidak berfungsi lagi yang
menyebabkan kemacetan, kecelakaan, dan meningkatkan kriminalitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Susanto, S. Astrid. 1977. Pengantar
Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung:
Binacipta.
Wiji, Utomo Yunanto. 2007. Taman Mural di Kolong Jembatan Layang
Lempuyangan. www.YogYes.com