Sabtu, 10 Maret 2012

Flyover Lempuyangan


POTRET PERUBAHAN SOSIAL-CULTURAL
MASYARAKAT FLYOVER LEMPUYANGAN




     Flyover Lempuyangan atau dikenal dengan jembatan layang Lempuyangan merupakan jalur alternatif transportasi, yang dibangun pada tahun 1988 dan semenjak itu daerah sekitarnya mulai mengalami perubahan secara signifikan, khususnya dalam pembangunan kota. Sebelum dibangun jembatan layang lempuyangan dulunya merupakan kios-kios. Setelah dibangunnya jembatan layang Lempuyangan daerah sekitarnya menjadi area bisnis. Selain itu di flyover Lempunyangan dijadikan sebagai tempat hiburan dan tempat berdagang, karena setiap sore tempat tersebut banyak dikunjungi anak-anak dan orang tuanya untuk melihat kereta api yang melintas disana dan para pedagang yang menjajakan dagangannya. Di samping itu flyover Lempuyan juga dijadikan sebagai taman mural, dimana para seniman mural dapat menyalurkan kreatifitasnya untuk melukis. 

      Perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar jembatan layang lempuyangan menuju ke arah modernisasi. Modernisasi merupakan   perubahan dari sistem ekonomi agraria menjadi sistem ekonomi industrialisasi, dengan harapan bahwa perubahan ini akan dapat menghasilkan perbaikan nasib. Proses modernisasi adalah bukan meniadakan perubahan besar dalam masyarakat, melainkan mempergunakan perubahan dan mengarahkannya pada kemajuan dan perbaikan nasib manusia. 

      Dimana demi hasil yang sebaik-baiknya manusia sendiri secara mental juga disiapkan. Salah satu langkah politik untuk mempercepat modernisasi ialah nasionalisme dan salah satu faktornya ialah pengambilan alih kekuasaan oleh militer. Militer merupakan kekuatan demokratisator yang besar dengan meniadakan tradisi yang menghambat modernisasi. Selain itu militer juga sebagai dinamisator dan stabilitsator dalam terbentuknya keseimbangan dan keteraturan sosial pada masyarakat. Modernisasi yang terjadi di sekitar jembatan layang Lempuyangan melalui perubahan-perubahan yang direncanakan pada saat orde baru tahun 90an yakni pembangunan lima tahun yang ke 5 (PELITA V). misalnya dibangunnya pertokoan, laboratium paramita, puskesmas danurejan 2, polsek DANUREJAN, dan direvisinya SLTP N 15 Yogyakarta .


            Pembangunan kota di sekitar jembatan layang lempuyangan  berjalan relatif cepat dan signifikan karena adanya pemgambilan alih kekuasaan oleh militer. Dan selain itu karena:


1. Penduduk asli flyover Lempuyangan banyak yang transmigrasi ke daerah lain. Sehingga pemerintah berinisiatif untuk membeli lahan tersebut guna membangun flyover lempuyangan dan menjadikan daerah tersebut sebagai pusat perekonomian dan pendidikan kota yogyakarta. Sehingga  banyak penduduk migran  yang pergi ke yogyakarta untuk bekerja dan menutut ilmu. Dan seiring berjalannya waktu penduduk migran mulai memberikan pengaruh terhadap penduduk asli flyover Lempuyangan. Sehingga kultur masyarakat setempat mulai terkikis, yakni memudarnya sikap komunal dan tradisi gotong-royong, yang digantikan oleh  sikap materialistik dan individual.  


2. Struktur sosialnya berubah, misalnya struktur sosial terjalin antara pedagang, pemerintah dan pengunjung di flyover jembatan layang Lempuyangan. Mereka ini masing-masing mempunyai fungsi yang saling mendukung daerah tersebut menjadi tempat hiburan. Pedagang sebagai penyedia barang dan jasa, pemerintah kota sebagai pengawas sosial (pengendalian/pengaturan sosial), sedangkan pengunjung sebagai penikmat hiburan.   


     Dan apabila salah satu dari pedagang, pemerintah kota atau pengunjung tidak ada, maka aktivitas yang berlangsung tidak akan berjalan. Misalnya kalau tidak ada pedagang pengunjung akan bosan dengan melihat kereta api tanpa ditemani makanan, sehingga tempat tersebut menjadi sepi. Dan apabila tidak ada pemerintah, tempat tersebut akan tidak teratur dan lingkungannya kotor karena sampah berserakan dimana-mana, sehingga tidak ada pengunjung atau pedagang yang datang untuk melihat kereta api disana. Sedangkan kalau tidak ada pengunjung tempat tersebut akan sepi dan bukan merupakan tempat hiburan.

       Pembangunan kota merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki nasib masyarakatnya yakni memajukan daerahnya. Namun pembangunan kota ini merupakan awal terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial berjalan sangat cepat sehingga membingungkan masyarakat yang menghadapinya, yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan dimana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan. Misalnya norma-norma dalam lalu lintas di palang rel kereta api (kolong jembatan layang Lempuyangan). Sopan santun berlalu lintas yang menyangkut ketaatan pengemudi dan pejalan kaki, pada peraturan lalu lintas sering dilanggar. Pada umumnya terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar peraturan-peraturan tersebut, padahal peraturan bertujuan untuk menjaga keselamatan masyarakat, termasuk para pengemudi dan pejalan kaki.


      Seiring dengan berjalannya waktu, pola-pola masyarakat juga ikut berubah. Misalnya masyarakat yang berada di flyover jembatan layang Lempuyangan yakni terjalinnya hubungan patembayan antar para pedagang, tingkat konsumsi masyarakatnya meningkat karena terdapat banyak pedagang yang bervariasi untuk menjajakan dagangannya, kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak adanya keteraturan berlalu lintas karena terdapat dua pertigaan dengan lampu lalu lintasnya  tidak berfungsi lagi yang menyebabkan kemacetan, kecelakaan, dan meningkatkan kriminalitas.


DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Susanto, S. Astrid.  1977. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Binacipta.

Wiji, Utomo Yunanto. 2007. Taman Mural di Kolong Jembatan Layang Lempuyangan. www.YogYes.com 

1 komentar: